Gue mengenalnya di suatu siang tahun lalu. Kami bertemu di halte
BIKUN(Bis Kuning UI) dekat stasiun UI. Saat itu, gue tengah duduk di halte itu
sambil melihat mahasiswa UI yang lalu lalang. Sekitar 15 menit gue duduk,
datanglah seorang remaja laki-laki. Ia datang dengan membawa tumpukan Koran
yang akan ia jual. Perawakannya tinggi, rambutnya agak kemerahan karena sinar
matahari, kulitnya sawo matang. Tiba-tiba, dia datang menghampiri gue.
Coko : “Excuse me..
do you want to buy this newspaper?”
gue terkejut. He spoke English. Hmm..it’s a waw! Suaranya
lembut. wajahnya polos.. lucu..
Gue : “hmm.. okay,
how much?”
Coko : “Rp 3000 kak..
kakak mau yang mana? Ada kompas, seputar Indonesia,..”
Gue : “hmm kompas
aja deh” (sambil memberikannya uang Rp 5000)
Coko : “sorry, but… I
don’t have change”
Gue : “no problem..
buat kamu aja kembaliannya”
Coko : “thank you
kak”
Yaa gue cukup terkejut. Ketika pertama kali meihatnya, gue
pikir dia seperti anak-anak jalanan yang lain. suaranya besar, wajah sangar. Tapi,
dia menawarkan Koran dengan lembut, sopan. Ya semua dugaan gue terhadapnya
salah. Perbincangan diantara kami diawali dari situ. Dia nanya dengan wajahnya
yang polos. Kami berbincang panjang. sampe orang disamping gue sempat menoleh
beberapa kali.
Coko : “hmm kakak
lagi ngapain disini?”
Aku : lagi nunggu teman
Coko : sudah berapa lama nunggu disini ?
Aku : hmm ya 15
menitan.
Coko : Ooo.. temannya
cowok ?
Aku : cowok sama
cewek. Kakak tingkat.
Semacam ngepo ya.. *sedikit curiga. tapi it’s fine. Dia yang
selalu mengawali perbincangan kami. Setelah itu dia nanyain gue kuliah dimana,
sudah semester berapa, jurusan apa, kenapa ambil jurusan yang dipilih sekarang,
kenapa kuliahnya di malang dan 1 hal yang dia tanyakan berulang-ulang “IPK
kakak berapa yang kemaren?” J lagi-lagi
dengan wajahnya yang polos dan suaranya yang lembut. sesekali kami tertawa
kecil didalam perbincangan kami.
Aku : hmm kamu SMA?
Coko : *geleng kepala
“masih SMP kak, bentar lagi mau masuk SMK.. insyaAllah”
Ooow.. aku pikir dia SMA dan bentar lagi lulus. Coko setiap
harinya jualan Koran. Ibunya buka warung dirumah dan ayahnya sudah meninggal.
Saat itu juga, jadi teringat ayah sama ibu. Beliau kerja dari pagi sampe malam.
Aku tidak perlu memikirkan bagaimana untuk bantu ayah ibu dari segi finansial.
Ayah ibu cuma minta kuliah yang bener. Sedangkan coko, dia harus bantu ibunya
dengan jualan Koran.
Oke back to Coko..
Setelah lama kita ngobrol, gue inget.. gue bawa sandwich yang
sengaja gue bikin tadi pagi sebelum ke UI.
Gue : coko.. hmm
aku punya sandwich. Mau? (sambil membuka kotak makan)
Coko : makasih ya
kak..
Dan karena gue udah harus caw dari situ, diakhir perbincangan
gue sengaja minta nomer hapenya. Mungkin terdengar lucu or mau ngepoin banget. Tapi
asli, niat gue tulus.. gue berharap bisa jaga silaturahim sama coko. Paling tidak
berbagi ilmu juga karena gue tau, englishnya dia lumayan bagus.. well, dia pun ngasih nomer hapenya dan terakhir gue bilang :
“coko, kalo nanti aku kesini
lagi.. aku mau beliin coko buku. Buku bacaan.. nanti saya sms yaa. Nice to meet you”
Coko tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
baik hati banget antum Chi :)
BalasHapus