Aku meninggalkan jejak sandal gunungku disini : Panderman

Kata mereka panderman itu bukan gunung..

Kata mereka itu panderman itu bukit..

Kata saya? whateverlaah yaaa.. yang penting saya harus bisa ke puncak panderman. ^_^

Baiklah, sebelumnya kita samain omongan dulu nih.. saya sepakat kalo panderman itu gunung. buktinya? Diatas puncak ada sebuah batu yang tertulis “G.Panderman 2000mdpl” :-D.

 Dengan mengucapkan rasa syukur kepada Allah SWT. Alhamdulillah saya dan beberapa teman-teman saya berhasil ke puncak panderman. Oh iya sebelumnya saya mau ngenalin dulu personil akhwat2 tangguh (haha akhwat tangguh jare? Akhwat modal nekat tepatnya! wkwk). Dalam rombongan pendakian puncak panderman ada saya Resti(echi) FIB UB 2010, Andita PKH UB 2010, April FIB UB 2011, Dinda FH UB 2011. Sebenarnya, rencana pendakian ini akan diikuti 8-9 orang tapi one by one mulai ngebatalin. Mulai dari ada rapat PK2, ada agenda dakwah (aseek), hmm.. yang ragu-ragu karena ternyata kita semua gak tau jalur, medan dan akhwat2 semua, juga ada. So, ada yang ngundurin diri dan tersisa 4 akhwat yang bermodal nekat. Wkwkwk. Bermodal azzam dihati, semangat membara dan ekspetasi bisa melihat sunrise ketika berada dipuncak nanti, serta sebuah peta perjalanan menuju panderman yang ditulis di secarik kertas dari mbak Reni (jazakillah ya mbak Reni udah ngasih semangat dan wejang2annya) kami semua mutusin buat ngelanjutin rencana pendakian ini!

 Berawal dari sebuah obrolan iseng saya dengan adik tingkat yang waktu SMAnya adalah anak pecinta alam. saya iseng ngajak dia untuk naik gunung di libur lebaran menjelang masuk kuliah kemarin. Gunung apanpun itu. pokoknya judulnya naik gunung. kenapa tiba-tiba saya pengen naik gunung? yup.. 1. Untuk ngisi liburan 2. Saya ngiri banget kalo inget2 abang saya dulu yang suka bawa tas carrier terus pake sandal gunung, dia udah menjelajah beberapa gunung sedangkan saya dari SMA hanya bergaya layaknya orang yang suka naik gunung tapi ternyata belum pernah naik gunung. Hahaha. Tapi Alhamdulillah saya berhasil merasakan bagaimana naik gunung meskipun ketinggiannya gak terlalu tinggi. Hehe. it’s my first experience. Bagi seorang pendaki pemula, hmm.. medan panderman lumayanlah yaa. Apalagi sebelumnya gak latian fisik dulu. Alhasil, ndakinya pake rumus “5-25”. 5 menit jalan 25 menit istirahat haha. Itu Cuma istilah aja kok.. yaa intinya jalan bentar terus istirahat. Waktu normal tempuh menuju puncak sebenarnya sih sekitar 3-4 jam. Saya dan rombongan saya memerlukan waktu sekitar 5-6 jam untuk naik sampai puncak dengan 3 jam naik dan sampe di pos 2 watugedhe, disitu kami ngecamp karena hari udah mulai gelap dan kabut mulai turun. 2 orang diantara kami shalat magrib dan 2 akhwat lainnya masang tenda. Speechlees banget.. gak berhenti2 mulut ini untuk bertasbih. Sholat dibawah sinaran bulan yang bulat penuh dan berrsinar terang. It’s a Waw. Saya sempet meneteskan air mata disaat kedua tangan ini menengadahkan keatas untuk berdoa. Hmm.. betapa kecilnya saya. sangaaaat kecil dihadapan Allah.. betapa kecilnya saya ditengah alam ciptaan Allah.. T.T. Setelah sholat, saya dan dinda ngebantuin 2 akhwat lain (april dan andita) untuk masang tenda. Lucunya, mereka berdua rempong sendiri, “kalo yang bener itu begiiniii ukhtii” yang satu lagi “bukan mbak, besi yang ini dimasukin kesini”, saya Cuma ketawa2 aja, yaa soalnya saya belum punya pengalaman untuk pasang tenda wkwkw. Akhirnya, Alhamdulillah  tenda udah berdiri dengan bentuk yang agak kurang simetris gitu haha. Tapi beruntungnya andita dan april ngerti masang tenda. Setelah itu, kita makan malem. Diantara kami ada yang bikin api unggun, ada yang masak air panas untuk bikin pop mie. Kita pun makan bareng dengan mengelilingi api unggun sambil bercerita pengalaman naik gunung dari 2 akhwat yang sebelumnya udah pernah naik. Tiba-tiba, Mata saya tertuju pada sebuah hamparan  kilau cahaya2 lampu dikejauhan dari rumah penduduk dibawah sana. Waaw.. kayak gerombolan kunang-kunang. Awesome!!. 

Angin mulai berhembus kencang dan akhirnya kita sepakat untuk masuk kedalam tenda. Saya sempet nanya sama temen2 “Hmm.. kira2 nanti ada yang naik gak ya?”, “ada paling.. nanti maleman lagi MUNGKIN, jam 9an”. Saya pun menghela nafas lega. Kita semua sepakat tidur dengan pembagian shift. Sebenarnya saya kebagian shift tidur duluan tapi entah kenapa saya gak bisa tidur. Ditemani lantunan murrotal yang gak berhenti2 dari HP salah satu diantara kami, saya tiba2 mikir, ditengah hutan gini, kita akhwat2 doang dan Cuma berempat pada ngecamp disini. Pikiran saya udah kemana2, khawatir takut ada orang jahat. Aduuh, na’udzubillah. Dzikirpun gak henti2nya keluar dari mulut saya dan teman2. Ditengah malam, tiba2 andita sakit. Dadanya agak sesak karena udara dingin pada malam itu. akhirnya, kami semua bangun untuk bikin minuman hangat untuknya dan takjubnya adalah ketika membuka resleting pintu tenda, Subhanallah.. hamparan bintang yang banyaaaaaaaaaaaaaaaaaaak banget diatas kayak ketombe haha, ngegerombol dan banyaaaaak. Takjub bangeet. Kalo dibawah sana biasanya Cuma bisa liat bintang beberapa aja tapi kalo diatas sini, “ratusaaan.. lebiiih..” (iklan) :-D. sayang gak didokumentasikan karena betere hape diirit buat besok foto2 wkwkwk. Setelah minum, kami semua tidur lagi hingga esok paginya kami bangun dan  unfortunatelynya, kita semua Cuma bisa liat sunrise dari balik rimbunnya pepohonan di pos watugedhe T.T  huhu. Pagi itu, seperti biasa kita semua siapin air panas untuk sarapan pagi setelah itu kami beres2 tenda, pemanasan dan bersiap melanjutkan perjalanan menuju puncak. Suara2 teriakan dari kera-kera penghuni panderman udah terdengar. Rada takut juga nih, rada-rada berimajinasi gitu deeh, ntar tiba2 mereka datang dengan gerombolannya terus masang tampang sangar bak perompak dan meminta kita semua untuk membuka tas dan mengacak-acak tas kami untuk memngambil makanan/minuman yang ada di tas kami dan mereka menyantap lahap semua logistic kami. -____-“ (sempet2nya ngayal begini haha) tapi alhamdulillahnya mereka gak muncul. Well, kita lanjutin perjalanan kami dengan gantian membawa tas carrier yang berisi tenda dan alat masak. Medannya mulai terjal, debu tanahnya jelas masih ada, jalanan semakin sempit karena kanan kiri dipenuhi pohon dan semak-semak. Hingga kami tiba disebuah dataran yang sedikit agak luas, disana pemandangan indaah didepan mata. Awan begituuuuu sangaat dekaaaat.. can you imagine that? bahkan terasa awan-awan itu berjalan melewati kami. Kereen.. dikejauhan terlihat puncak gununng yang dikelilingi awan-awan putih. #mau teriaak saking takjubnya hehehe. Tapi sedihnya, banyak sampah plastic ditempat itu. kami pun sepakat untuk mengambil sampah setiap kita menemuinya dan menaruhnya ditas kami masing2masing dan dibuang ditempat yang benar saat kami turun nanti. Payaaah bangeet dah tuh bagi pendaki-pendaki yang seenaknya aja nyampah disitu..ckckck. Next, kita lanjutin perjalanan. Puncak panderman semakin terlihat. Jalannya makin nanjak. Sampingnya jurang. Wewww. Dan akhirnyaa.. kami tiba dipuncaaaaaak. \(^o^)/. ALHAMDULILLAH yaa. Tapi sayang, sampe dipuncaknya jam 10 jadi udah mulai panas gitu. Hehe. oiya, akhirnya disini saya ketemu kera-kera penghuni panderman. Mereka lagi pada gelantungan di pohon sambil mengintip kami yang lagi pada makan snack hahaha. Untungnya mereka gak berani mendekat karena dipuncak panderman juga ada 3 orang mas-mas yang udah ada dipuncak panderman selama 2 hari untuk nyari burung. Ya begitulah.. cerita jejak perjalanan menuju panderman saya. saya gak bakal lupa dengan pengalaman ini. Oiya.. ternyata, tidak ada pendaki lagi malam itu selain kami, 4 orang akhwat! Terimakasih ya Allah udah melindungi kami semua J dan kami pun selamat sampai turun kembali. That’s All.

Dari sini kami belajar arti sebuah bersyukur

Dari sini kami lebih belajar lagi arti sebuah ukhuwah

Dari sini kami belajar arti sebuah pengorbanan

 Sampai bertemu lagi di jejak sandal gunung saya selanjutnya!

Tenda :-D

Gunung Panderman

          

Masang Tenda

Api Unggun

Pemandangan sebelum puncak